FOLLOW ON TWITTER:https://twitter.com/#!/cocolatoz FOLLOW ON FACEBOOK:https://www.facebook.com/senoastokoputro
Komunitas penggemar dan pengguna honda win, bisa saling bertukar informasi mengenai kendaraan yang satu ini. juga untuk menjalin komunikasi dan silaturahmi bagi sesama penggemar dan pengguna honda win.

Rabu, 26 Januari 2011

Mencoba Offroad di Sukorame dan Kedungadem dengan Honda WIN

Berangkat jam 7 pagi dari Pare, si Winner melaju ke arah Bojonegoro. Jalur yang dilewati seperti biasanya yaitu Papar-Tebu ireng-Jombang, namun setelah sampai di Kabuh, tepatnya setelah SPBU Kabuh, saya ambil jalan ke kiri atau melewati kecamatan Sukorame dan Kedungadem.

jalur Sukorame-Kedungadem
jalur Sukorame-Kedungadem

Oh ya, jalan dari Pare sampai Kabuh ini adalah jalanan beraspal, sempet mengeluh capek, mana motor cuman 100cc, ban pacul lagi, lari 70-80 kpj dah bersyukur banget. :sad: Seperti biasa, di Tembelang mampir buat sarapan rawon dan teh hangat dulu..mak nyusss. :oops: 

Jalan di kecamatan Sukorame dan Kedungadem ini sudah lama tidak saya lewati karena jalanannya rusak parah. Dengan PeDenya si winner mulai menapaki jalur tersebut. Baru saja 50 meter masuk jalur ini, sudah disambut jalan aspal yang hancur, kemudian melaju 200 meter, dihadang jalanan yang rusak parah, batu-aspal-tanah dan batu-batu penyusun jalan terlihat bercampur akibat diaduk oleh truk-truk yang overload. Terlihat juga truk dan Colt T-120 Pick Up yang lagi nge-Ban di jalur tengah hutan ini.

salah satu jalur licin
salah satu jalur licin

Oh ya, tanah liat berkapur yang bercampur pasir terasa licin di jalanan ini, walhasil saya beberapa kali menurunkan kaki untuk menjaga keseimbangan. Terkadang berdiri dengan posisi rileks agar badan tidak terpeleset dan kecapekan dihentakkan oleh jalan dan sekok.

Mulai masuk kecamatan Kedungadem, jalanan rusak berlumpur sudah mulai hilang. Di jalur ini disambut aspal yang mengelupas dan melipat-lipat. Walhasil, mungkin karena skok saya tambalan alias bukan aslinya panjang, sering terdengar bunyi duk-duk akibat hantaman dari jalanan makadam. Sempet ngeri kalau skoknya patah.

Jam 10an mulai masuk areal persawahan Ds.Mlinjeng, sempet kesasar dan terhadang juga oleh adanya perbaikan jalan. namun, sama petani malah disuruh nrabas saja, “gak opo-opo mas, lewat ae, motore trail ngono.“. Setelah setengah jam melakukan pengamatan dan sempet bertemu petani, rute berikutnya adalah Ds.Kayulemah. Sempet kesusahan pakai kick starter Honda Win, karena sepatu boot saya licin terkena lumpur.

Jalanan ke Kayulemah bervariasi, antara jalur makadam dan aspal halus. Sesudah sampai di Kayulemah, Winner saya masukkan areal hutan jati karena lokasi sawahnya agak masuk. Disini kemampuan ban motip tahu dan skok tinggi diuji. Walhasil, dapat melaju lancar walau ban penuh dengan tanah liat.

Ngiyup
Ngiyup

Posisi siang itu benar-benar menguras tenaga, terutama diakibatkan cuaca yang sangat panas. Seragam saya sampai basah kuyup dengan keringat. 1 botol dingin Pocari Sweat nggak mampu menahan laju dehidrasi, akhirnya ngiyup dulu di bawah hutan jati.
Ada cerita menarik. Setiap ketemu dengan petani di lahan, saya dikira PPL alias Penyuluh Pertanian. Ya, karena nggak enak akhirnya saya njawab sebisanya. Itung-itung berbagi ilmu. Dan beberapa kali juga WIN-ner ditawar oleh petani supaya mau dijual. Enak ae pak.. lha wong iki klangenan kok. :mrgreen: 

Sebenernya ingin ketemu dengan Mas Darmawan dan mencoba mencari tahu bocoran tentang hunting motor trailnya, weleh hari ini (jum’at) ternyata beliau dapat KLX 150!! keren mas. Tahu gitu kemarin Kamis jadi mampir (cuman saling sms). Sayang, saya tertidur pulas sampai jam 4 sore dirumah petani. Yach, akibat sayur lodeh  yang dipadu sambal tomat pedes, tongseng rempelo ati dan ikan bandeng, plus tempe goreng..wakakakakak..:oops:

Jam 4.30 sore, setelah makan ronde kedua dengan Kari ayam di rumah petani, kembali ke Pare. Mandor lapangan saya, yang sore itu ingin ikut kembali pulang, mengusulkan lewat jalur Babat. Duh, males.. akhirnya saya ajak lewat jalur yang tadi. Lumayan perjalanan pulang nggak begitu melelahkan karena ada temennya. Toh, dia naik Honda Revo 100 nya nggak ngebut, jadi bisa saling mengimbangi berjalan di kisaran 70-80kpj.

Maghrib kita nyampai di Gardulaut, Blimbing,Ngoro, Jombang. Ngadem sholat dulu. Setelah sholat cabut lagi. Alhamdulillah jam 7 saya sudah masuk garasi di kota Pare.

Bener-bener perjalanan yang melelahkan hanya sekedar untuk mengenalkan Honda Win di habitat aslinya (Bojonegoro) nanti.

3 komentar:

  1. Bisnis online : Ngenet sama dapet duit klik aja di www.tiketpesawatmurahindonesia.blogspot.com dan www.tokobukudannovel.blogspot.com

    BalasHapus
  2. Dikota saya kota Medan honda win dijadikan beca motor. Tapi kira2 hanya 20% itu asli honda win selebihnya didominasi motor cina kloningan honda win yaitu merk Jetwin. Beca disini bikin macet dan kalau mau belok ga pernah memberi aba2 atau sein. Maka orang medan bilang becak medan itu "hanya tuhan dan dia yang tau kapan dia mau belok" haha

    BalasHapus